Dahulu kala, ada seorang Pangeran yang menginginkan seorang Putri Raja, tetapi Putri tersebut haruslah sempurna. Dia kemudian melakukan perjalanan mengelilingi dunia hanya untuk mencari Putri tersebut, tetapi dia selalu menemukan bahwa ada sesuatu yang tidak sempurna pada setiap Putri Raja yang ditemuinya. Dia menemukan banyak Putri Raja, tetapi tidak ada yang benar-benar dianggap sempurna oleh Pangeran itu. Dengan putus asa akhirnya dia pulang kembali ke istananya dan merasa sangat sedih tidak menemukan apa yang dicarinya.
Suatu malam, terjadi hujan badai yang sangat keras, dimana kilat dan guntur beserta hujan turun dengan deras sekali, malam itu sungguh menakutkan.
Ditengah-tengah badai tiba-tiba seseorang mengetuk pintu istana, dan ayah Pangeran yang menjadi Raja waktu itu, sendiri keluar membuka pintu untuk tamu tersebut.
Seorang Putri yang sangat cantik berdiri diluar pintu, kedinginan dan basah kuyup karena badai pada malam itu. Air mengalir dari rambut dan pakaiannya yang masih basah, mengalir turun ke kaki dan sepatunya. Putri tersebut mengaku bahwa dia adalah Putri yang sempurna.
"Kita akan segera mengetahui apakah yang dikatakan oleh Putri tersebut benar atau tidak," pikir sang Ratu, tetapi dia tidak berkata apa-apa. Dia masuk ke dalam kamar tidur, mengeluarkan seprei yang mengalas tempat tidur yang akan dipakai oleh sang Putri dan menaruh sebutir kacang polong diatas tempat tidur itu. Kemudian dia mengambil dua puluh kasur dan meletakkannya diatas sebutir kacang tersebut. Malam itu sang Putri tidur diatas ranjang tersebut. Di pagi hari, mereka menanyakan apakah sang Putri tidur nyenyak di malam itu.
"Oh saya sangat susah tidur!" kata sang Putri, "Saya sangat sulit untuk memejamkan mata sepanjang malam! Saya tidak tahu apa yang ada pada ranjang itu, saya merasa berbaring diatas sesuatu yang kasar, dan seluruh tubuh saya pegal-pegal dan memar di pagi ini, sungguh menakutkan!"
Raja dan Ratu langsung tahu bahwa sang Putri ini pastilah Putri yang benar-benar sempurna, karena hanya Putri yang sempurna dapat merasakan sebutir kacang yang ditempatkan dibawah dua puluh kasur dan dilapisi dengan dua puluh selimut. Hanya Putri yang benar-benar sempurna mempunyai kulit yang begitu halus.
Pangeran kemudian mengambilnya sebagai isteri, dan sekarang dia telah menemukan Putri yang selama ini dicarinya.
Minggu, 26 Juni 2011
Sabtu, 25 Juni 2011
Anak Itik Buruk Rupa
Induk itik sedang mengerami telur-telurnya. Telur-telur itu menetas dan anak-anak itu keluar satu persatu, tapi seekor anak itik berbeda dengan anak itik lainnya. Rupanya buruk sekali. Saudara-saudaranya tidak menyukai anak itik itu. Mereka sering menertawai dan menggigitnya. Anak itik buruk rupa itupun menjauh.
Ketika anak itik yang buruk rupa itu bangun keesokan harinya, ternyata beberapa ekor itik liar sedang mengerumuninya. Itik-itik itu memperingatkan, "Kamu sangat jelek. Jangan mendekati kami."
Anak itik buruk rupa itu pergi dan bertemu seekor anjing besar. Anjing itu menatap itik buruk rupa, sehingga membuatnya sangat ketakutan. Ia pikir anjing besar itu akan memakannya, tapi anjing besar itu menggelengkan kepala dan pergi. Anak itik buruk rupa itu berkata, "Aku jelek sekali sampai-sampai anjing besar itu tidak ingin memakannya."
Hari sudah gelap. Anak itik buruk rupa itu tiba di sebuah rumah. Ia kelelahan dan tertidur di depan pintu rumah itu. Keesokan harinya pagi-pagi sekali, seorang perempuan tua membuka pintu. Ia menemukan anak itik buruk rupa itu dan menyuruhnya masuk. Ada seekor ayam betina dan seekor anjing di dalam rumah itu, namun mereka juga tidak menyukai Anak itik buruk rupa itu. Maka Anak itik buruk rupa itupun pergi.
Musim gugur tiba. Suatu hari, Anak itik buruk rupa tiba di sebuah sungai. Ia melihat beberapa ekor burung putih besar sedang terbang menyeberangi sungai. Burung-burung itu adalah angsa. Mereka sangat cantik. Anak itik buruk rupa itu merasa sangat iri pada mereka.
Musim dingin tiba. Cuaca menjadi semakin bertambah dingin. Sungai membeku. Anak itik buruk rupa itu terjebak es di sungai. Seorang petani menemukan Anak itik buruk rupa itu. Dipecahkannya es yang menjebak anak itik itu dan ia membawa anak itu pulang. Anak-anak petani itu ingin bermain dengan Anak itil burk rupa, tapi Anak itik buruk rupa berpikir mereka akan melukainya. Maka Anak itik buruk rupa itupun terbang pergi.
Musim semi tiba. Anak itik buruk rupa itu mendatangi sungai lagi. Ia melihat para angsa yang cantik sedang berenang di sungai. Ia mendatangi mereka dan berkata, "Bunuhlah aku! Aku tidak ingin hidup. Aku terlalu jelek. Aku sama sekali tidak bahagia." Para angsa itu berkata padanya, "Kamu tidak jelek. Kamu adalah seekor angsa yang cantik."
"Tidak, kalian menipu aku!" jerit Anak itik buruk rupa itu. "Lihatlah ke dalam air. Kamu cantik sekali, sampai-sampai kami tidak bisa menyaingi kamu!" kata para angsa itu.
Anak itik buruk rupa itu melihat ke dalam air. Ternyata ia telah berubah menjadi seekor angsa yang cantik. Ia pun merasa senang.
Ketika anak itik yang buruk rupa itu bangun keesokan harinya, ternyata beberapa ekor itik liar sedang mengerumuninya. Itik-itik itu memperingatkan, "Kamu sangat jelek. Jangan mendekati kami."
Anak itik buruk rupa itu pergi dan bertemu seekor anjing besar. Anjing itu menatap itik buruk rupa, sehingga membuatnya sangat ketakutan. Ia pikir anjing besar itu akan memakannya, tapi anjing besar itu menggelengkan kepala dan pergi. Anak itik buruk rupa itu berkata, "Aku jelek sekali sampai-sampai anjing besar itu tidak ingin memakannya."
Hari sudah gelap. Anak itik buruk rupa itu tiba di sebuah rumah. Ia kelelahan dan tertidur di depan pintu rumah itu. Keesokan harinya pagi-pagi sekali, seorang perempuan tua membuka pintu. Ia menemukan anak itik buruk rupa itu dan menyuruhnya masuk. Ada seekor ayam betina dan seekor anjing di dalam rumah itu, namun mereka juga tidak menyukai Anak itik buruk rupa itu. Maka Anak itik buruk rupa itupun pergi.
Musim gugur tiba. Suatu hari, Anak itik buruk rupa tiba di sebuah sungai. Ia melihat beberapa ekor burung putih besar sedang terbang menyeberangi sungai. Burung-burung itu adalah angsa. Mereka sangat cantik. Anak itik buruk rupa itu merasa sangat iri pada mereka.
Musim dingin tiba. Cuaca menjadi semakin bertambah dingin. Sungai membeku. Anak itik buruk rupa itu terjebak es di sungai. Seorang petani menemukan Anak itik buruk rupa itu. Dipecahkannya es yang menjebak anak itik itu dan ia membawa anak itu pulang. Anak-anak petani itu ingin bermain dengan Anak itil burk rupa, tapi Anak itik buruk rupa berpikir mereka akan melukainya. Maka Anak itik buruk rupa itupun terbang pergi.
Musim semi tiba. Anak itik buruk rupa itu mendatangi sungai lagi. Ia melihat para angsa yang cantik sedang berenang di sungai. Ia mendatangi mereka dan berkata, "Bunuhlah aku! Aku tidak ingin hidup. Aku terlalu jelek. Aku sama sekali tidak bahagia." Para angsa itu berkata padanya, "Kamu tidak jelek. Kamu adalah seekor angsa yang cantik."
"Tidak, kalian menipu aku!" jerit Anak itik buruk rupa itu. "Lihatlah ke dalam air. Kamu cantik sekali, sampai-sampai kami tidak bisa menyaingi kamu!" kata para angsa itu.
Anak itik buruk rupa itu melihat ke dalam air. Ternyata ia telah berubah menjadi seekor angsa yang cantik. Ia pun merasa senang.
Rabu, 22 Juni 2011
Gadis Penjual Korek Api
Di malam natal, orang-orang berjalan dengan wajah yang gembira memenuhi jalan di kota. Di jalan itu ada seorang gadis kecil mengenakan pakaian compang-camping sedang menjual korek api. "Mau beli korek api?" Ibu belilah korek api ini. "Aku tidak butuh korek api, sebab di rumah ada banyak." Tidak ada seorangpun yang membeli korek api dari gadis itu. Tetapi, kalau ia pulang tanpa membawa hasil penjualan korek api, akan dipukuli oleh ayahnya.
Ketika akan menyeberangi jalan. Grek! Grek! Tiba-tiba sebuah kereta kuda berlari dengan kencangnya. "Hyaaa! Awaaaas!" Gadis itu melompat karena terkejut. Pada saat itu sepatu yang dipakainya terlepas dan terlempar entah kemana. Sedangkan sepatu sebelahnya jatuh di seberang jalan. Ketika gadis itu bermaksud pergi untuk memungutnya, seorang anak laki-laki memungut sepatu itu lalu melarikan diri. "Wah, aku menemukan barang yang bagus."
Akhirnya gadis itu bertelanjang kaki. Di sekitarnya, korek api jatuh berserakan. Sudah tidak bisa dijual lagi. Kalau pulang ke rumah begini saja, ia tidak dapat membayangkan bagaimana hukuman yang akan diterima dari ayahnya. Apa boleh buat, gadis itu membawa korek api yang tersisa, lalu berjalan dengan sangat lelahnya. Terlihatlah sinar yang terang dari jendela sebuah rumah. Ketika gadis itu pergi mendekatinya, terdengar suara tawa gembira dari dalam rumah.
Di rumah, yang dihangatkan oleh api perapian, penghuninya terlihat sedang menikmati hidangan natal yang lezat. Gadis itu meneteskan air mata. "Ketika ibu masih hidup, di rumahku juga merayakan natal seperti ini." Dari jendela terlihat pohon natal berkelap-kelip dan anak-anak yang gembira menerima banyak hadiah. Akhirnya cahaya di sekitar jendela hilang, dan di sekelilingnya menjadi sunyi.
Salju yang dingin terus turun. Sambil menggigil kedinginan, gadis itu duduk tertimpa curahan salju. Perut terasa lapar dan sudah tidak bisa bergerak. Gadis yang kedinginan itu, menghembus-hembuskan nafasnya ke tangan. Tetapi, sedikitpun tak menghangatkannya. "Kalau aku menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit hangat." Kemudian gadis itu menyalakan sebatang korek api dengan menggoreskannya di dinding.
Crrrs! Lalu dari dalam nyala api muncul sebuah penghangat. "Oh, hangatnya." Gadis itu mengangkat tangannya ke arah tungku pemanas. Pada saat api itu padam, tungku pemanas pun menghilang. Gadis itu menyalakan korek api yang kedua. Kali ini dari dalam nyala api muncul aneka macam hidangan.
Di depan matanya, berdiri sebuah meja yang penuh dengan makanan hangat. "Wow! Kalihatan enak." Kemudian seekor angsa panggang melayang menghampirinya. Tetapi, ketika ia berusaha menjangkau, apinya padam dan hidangan itu menghilang. Gadis itu segera mengambil korek apinya, lalu menyalakannya lagi. Crrrs!
Tiba-tiba gadis itu sudah berada dibawah sebuah pohon natal yang besar. "Wow! lebih indah daripada pohon natal yang terlihat dari jendela tadi." Pada pohon natal itu terdapat banyak lilin yang bersinar. "Wah! Indah sekali!" Gadis itu tanpa sadar menjulurkan tangannya lalu korek api bergoyang tertiup angin. Tetapi, cahaya lilin itu naik ke langit dan semakin redup. Lalu berubah menjadi bintang yang sangat banyak.
Salah satu bintang itu dengan cepat menjadi bintang beralih. "Wah, malam ini ada seseorang yang akan meninggal dan pergi ke tempat Tuhannya, ya...waktu Nenek masih hidup, aku diberitahu olehnya." Sambil menatap ke arah langit, gadis itu teringat kepada Neneknya yang baik hati. Kemudian gadis itu menyalakan sebatang lilin lagi. Lalu di dalam cahaya api muncul wujud Nenek yang dirindukannya. Sambil tersenyum, Nenek menjulurkan tangannya ke arah gadis itu.
"Nenek!" Serasa mimpi gadis itu melompat kedalam pelukan Nenek. "Oh Nenek, sudah lama aku ingin bertemu." Gadis itu menceritakan peristiwa yang dialaminya, di dalam pelukan Nenek yang disayanginya. "Kenapa Nenek pergi meninggalkanku seorang diri? Jangan pergi lagi. Bawalah aku pergi ke tempat Nenek." Pada saat itu korek api yang dibakar anak itu padam. "Ah, kalau apinya mati, Nenek pun akan pergi juga. Seperti tungku pemanas dan makanan tadi..."
Gadis itu segera mengumpulkan korek api yang tersisa, lalu menggosokkan semuanya. Gulungan korek api itu terbakar, dan menyinari sekitarnya seperti siang hari. Nenek memeluk gadis itu dengan erat. Dengan diselimuti cahaya, Nenek dan gadis itu pergi naik ke langit dengan perlahan-lahan. "Nenek, kita mau pergi kemana?"
"Ketempat Tuhan berada."
Keduanya semakin lama semakin tinggi ke arah langit. Nenek berkata dengan lembut kepada gadis itu, "Kalau sampai di surga, Ibumu yang menunggu dan menyiapkan makanan yang enak untuk kita." Gadis itu tertawa riang.
Pagi harinya, orang-orang yang lewat di jalan menemukan gadis penjual korek api tertelungkup di dalam salju dengan wajah tersenyum kaku. "Gawat! Gadis kecil ini jatuh pingsan di tempat seperti ini." "Cepat panggil dokter!"
Orang-orang yang berkumpul di sekitarnya semuanya menyesalkan kematian gadis itu. Ibu yang menolak membeli korek api pada malam kemarin menangis dengan keras dan berkata, "Kasihan kamu nak. Kalau tidak ada tempat untuk pulang, sebaiknya kumasukkan ke dalam rumah."
Orang-orang kota mengadakan upacara pemakaman gadis itu di gereja, dan berdoa kepada Tuhan agar mereka berbuat ramah meskipun pada orang miskin.
Hans Christian Andersen
(Dongeng Tidur Buat Zoey Blythe)
Ketika akan menyeberangi jalan. Grek! Grek! Tiba-tiba sebuah kereta kuda berlari dengan kencangnya. "Hyaaa! Awaaaas!" Gadis itu melompat karena terkejut. Pada saat itu sepatu yang dipakainya terlepas dan terlempar entah kemana. Sedangkan sepatu sebelahnya jatuh di seberang jalan. Ketika gadis itu bermaksud pergi untuk memungutnya, seorang anak laki-laki memungut sepatu itu lalu melarikan diri. "Wah, aku menemukan barang yang bagus."
Akhirnya gadis itu bertelanjang kaki. Di sekitarnya, korek api jatuh berserakan. Sudah tidak bisa dijual lagi. Kalau pulang ke rumah begini saja, ia tidak dapat membayangkan bagaimana hukuman yang akan diterima dari ayahnya. Apa boleh buat, gadis itu membawa korek api yang tersisa, lalu berjalan dengan sangat lelahnya. Terlihatlah sinar yang terang dari jendela sebuah rumah. Ketika gadis itu pergi mendekatinya, terdengar suara tawa gembira dari dalam rumah.
Di rumah, yang dihangatkan oleh api perapian, penghuninya terlihat sedang menikmati hidangan natal yang lezat. Gadis itu meneteskan air mata. "Ketika ibu masih hidup, di rumahku juga merayakan natal seperti ini." Dari jendela terlihat pohon natal berkelap-kelip dan anak-anak yang gembira menerima banyak hadiah. Akhirnya cahaya di sekitar jendela hilang, dan di sekelilingnya menjadi sunyi.
Salju yang dingin terus turun. Sambil menggigil kedinginan, gadis itu duduk tertimpa curahan salju. Perut terasa lapar dan sudah tidak bisa bergerak. Gadis yang kedinginan itu, menghembus-hembuskan nafasnya ke tangan. Tetapi, sedikitpun tak menghangatkannya. "Kalau aku menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit hangat." Kemudian gadis itu menyalakan sebatang korek api dengan menggoreskannya di dinding.
Crrrs! Lalu dari dalam nyala api muncul sebuah penghangat. "Oh, hangatnya." Gadis itu mengangkat tangannya ke arah tungku pemanas. Pada saat api itu padam, tungku pemanas pun menghilang. Gadis itu menyalakan korek api yang kedua. Kali ini dari dalam nyala api muncul aneka macam hidangan.
Di depan matanya, berdiri sebuah meja yang penuh dengan makanan hangat. "Wow! Kalihatan enak." Kemudian seekor angsa panggang melayang menghampirinya. Tetapi, ketika ia berusaha menjangkau, apinya padam dan hidangan itu menghilang. Gadis itu segera mengambil korek apinya, lalu menyalakannya lagi. Crrrs!
Tiba-tiba gadis itu sudah berada dibawah sebuah pohon natal yang besar. "Wow! lebih indah daripada pohon natal yang terlihat dari jendela tadi." Pada pohon natal itu terdapat banyak lilin yang bersinar. "Wah! Indah sekali!" Gadis itu tanpa sadar menjulurkan tangannya lalu korek api bergoyang tertiup angin. Tetapi, cahaya lilin itu naik ke langit dan semakin redup. Lalu berubah menjadi bintang yang sangat banyak.
Salah satu bintang itu dengan cepat menjadi bintang beralih. "Wah, malam ini ada seseorang yang akan meninggal dan pergi ke tempat Tuhannya, ya...waktu Nenek masih hidup, aku diberitahu olehnya." Sambil menatap ke arah langit, gadis itu teringat kepada Neneknya yang baik hati. Kemudian gadis itu menyalakan sebatang lilin lagi. Lalu di dalam cahaya api muncul wujud Nenek yang dirindukannya. Sambil tersenyum, Nenek menjulurkan tangannya ke arah gadis itu.
"Nenek!" Serasa mimpi gadis itu melompat kedalam pelukan Nenek. "Oh Nenek, sudah lama aku ingin bertemu." Gadis itu menceritakan peristiwa yang dialaminya, di dalam pelukan Nenek yang disayanginya. "Kenapa Nenek pergi meninggalkanku seorang diri? Jangan pergi lagi. Bawalah aku pergi ke tempat Nenek." Pada saat itu korek api yang dibakar anak itu padam. "Ah, kalau apinya mati, Nenek pun akan pergi juga. Seperti tungku pemanas dan makanan tadi..."
Gadis itu segera mengumpulkan korek api yang tersisa, lalu menggosokkan semuanya. Gulungan korek api itu terbakar, dan menyinari sekitarnya seperti siang hari. Nenek memeluk gadis itu dengan erat. Dengan diselimuti cahaya, Nenek dan gadis itu pergi naik ke langit dengan perlahan-lahan. "Nenek, kita mau pergi kemana?"
"Ketempat Tuhan berada."
Keduanya semakin lama semakin tinggi ke arah langit. Nenek berkata dengan lembut kepada gadis itu, "Kalau sampai di surga, Ibumu yang menunggu dan menyiapkan makanan yang enak untuk kita." Gadis itu tertawa riang.
Pagi harinya, orang-orang yang lewat di jalan menemukan gadis penjual korek api tertelungkup di dalam salju dengan wajah tersenyum kaku. "Gawat! Gadis kecil ini jatuh pingsan di tempat seperti ini." "Cepat panggil dokter!"
Orang-orang yang berkumpul di sekitarnya semuanya menyesalkan kematian gadis itu. Ibu yang menolak membeli korek api pada malam kemarin menangis dengan keras dan berkata, "Kasihan kamu nak. Kalau tidak ada tempat untuk pulang, sebaiknya kumasukkan ke dalam rumah."
Orang-orang kota mengadakan upacara pemakaman gadis itu di gereja, dan berdoa kepada Tuhan agar mereka berbuat ramah meskipun pada orang miskin.
Hans Christian Andersen
(Dongeng Tidur Buat Zoey Blythe)
Langganan:
Postingan (Atom)